Sabtu, 02 Mei 2009

may day 2009

Aksi Memperingati Hari Buruh Sedunia
Jumat 1 Mey 2009 Di Jl. Dr. Samratulangi Palu, SULAWESI TENGAH
Oleh kelompok Masyarakat Adat, Tani Kec. Palolo,Organisasi Buruh,
Dan Para Kaum Jurnalis Kota Palu.
( MAY DAY of the MOMENT )
Iwan Ambo, ST

Cuaca hari itu sedikit lebih bersahabat dari pada hari Jumat biasanya di kota Palu. Sedari pagi hingga menjelang siang matahari diselimuti awan gelap seakan ikut turut merasakan suka cita Kaum Buruh yang telah berkumpul sejak pukul 08.30 Wita di Lokasi Taman Gor yang merupakn salah satu taman kota yang hampir punah dikota Palu untuk menuangkan segala jeritan kepedihannya kepada mereka yang tergabung dalam komunitas pemilik modal dan pemerintah
Dengan Sepeda motor andalanku, aku melewati jalan dekat tempat kumpulan masa tersebut mempersiapkan aksinya. Sejumlah Bendera Ormas dengan warna merah tua hampir mendominasi kawasan daerah itu. Sejenak kuhentikan sepeda motorku tepat di bagian sisi kanan taman kota itu. Mataku coba mengamati apa yang mereka akan lakukan, dan akhirnya perhatianku tertuju pada empat orang yang memang kuketahui berprofesi sebagai seorang jurnalis kota Palu. Niat dalam hatiku pun drastis berubah. sebagai orang yang sangat menyukai dunia jurnalis akupun langsung memasuki area tersebut dan coba bergabung dengan mereka. Dari pembicaraan mereka kuketahui bahwa hari ini juga teman – teman jurnalis tersebut akan bergabung dengan kelompok masa yang ada sekalian akan mendeklarasikan beridirinya Serikat Pekerja Pers Mercusuar (SPPM). Dalam isi selebaran tersebut aku hanya dapat mengutip sebagiannya yakni “ serikat pekerja semestinya tidak dianggap duri dalam daging disebuah perusahaan pers…
Tepat Pukul 08. 50 WITA Masa aksi termasuk aku berbaris rapi dengan Empat berbanjar tepat di hadapan Lokasi Taman Gor yang kebetulan berhadapan langsung dengan Rumah Dinas Bapak Gubernur Sulteng. Dengan kawalan ketat dari pihak keamanan kamipun mulai berjalan dengan perlahan sambil mendengarkan Orasi – orasi lantang para koorlap yang saat itu berdiri diatas mobil kap terbuka yang dilengkapi Sound System standar ala demonstran Indonesia.
Perlahan namun pasti kami pun melewati rute Jl. Moh. Hatta - Ahmad Dahlan – St. Hasanuddin – Sudirman – dan berhenti di Jl. Dr. Samratulangi tepat Di depan Kantor Gubernur Sulteng dan Kantor DPRD Sulteng yang juga tidak begitu jauh dari Mapolda Sulteng. Orasi demi orasi mulai diteriakkan mulai dari menuntut kesejahteraan buruh sampai meminta keadilan pemerintah daerah yang dalam hal ini khusus pengelolah Taman Nasinoal Lore Lindu yang telah merampas hak tanah ulayat masyarakat Adat dan mempersempit gerak para petani yang bermukim disekitar wilayah kec.Palolo. Perlu diketahui bahwa daerah tersebut merupakan salah satu daerah pemasok sayuran terbesar di daerah Sulawesi Tengah. Teriakan orasi dari setiap perwakilan setiap desa terus berganti demi meraih simpati para pemimpin Negeri.
Ironisnya, meskipun Suara telah hampir habis dan keringat membasahi sekujur tubuh peserta aksi, pintu gerbang rumah rakyat ( Kantor DPRD) tertutup rapat dengan hiasan blockade pihak kepolisian didalamnya, Pun terjadi dengan pintu gerbang Kantor Gubernur Sulteng. Tak ada respon positif dari pemimpin – pemimpin kita. Atasan hingga bawahan lebih peduli merapikan setelan baju dinasnya yang tanpa mereka sadari itu hasil dari pajak rakyat.
Pikiranku menerawang jauh, kemana perginya sekumpulan CALEG yang kemarin berkampanye menjual nama rakyat kecil, akan membela hak petani, coba memperjuangkan kesejahteraan kaum buruh? Apakah mereka lebih memilih berkonsentrasi menghitung hasil suara mereka? Ataukah memang mereka memang ternyata minim konsep dalam hal ini? Hingga akalku mencoba menerka, bahwa memang ternyata rakyat kecil tetaplah rakyat kecil yang harus terus tetap menanggung ketidakadilan negeri ini.
Tepat pukul 11.20 Wita, masa mulai beranjak meninggalkan lokasi, mencoba menghargai panggilan Allah S.W.T yang sayup terdengar dari corong suara mesjid – mesjid. Karena hanya dengan niat itulah Kekecewaan sedikit lebih bisa terobati.
Akupun pulang dengan perasaan yang bergejolak, seandainya orang tuaku adalah salah seorang yang duduk dipemerintahan, andaikan orang tuaku duduk di kursi parlemen, andaikan orang tuaku salah satu pemimpin sebuah partai di negeri ini, andaikan orang tuaku salah seorang caleg yang ikut berkompetisi dalam pemilu kemarin?
Mungkin akulah orang yang paling menanggung malu akan kejadian tersebut…
Seumur hidup…
Orang tuaku hanya seorang dari sekian juta buruh yang pernah ada di indonesia ini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar